Mengenang Mr. Marc, seorang teman dengan segudang kehebatan.

Saya didedikasikan untuk teman saya, Marc yang sekarang berada di Jerman.

Hai Marc, apa kabar? Apakah kau baik-baik saja? Semoga :)

Marc, masihkah kau ingat aku? Apakah kau rindu kepadaku?

Hahaha, naif banget ya pertanyaanku. Yah, tapi memang jujur aku rindu akan dirimu Marc, rindu saat-saat kita bersama, rindu saat aku bisa belajar banyak darimu.

Marc, jika kau tak lagi ingat aku. Tak lagi merindukan aku. Wajar ya, karena kau adalah manusia hebat, menurutku. Kau tinggal dan bekerja di salah satu negara hebat, Jerman. Kau juga mempunyai pengalaman hidup yang hebat. Kau pernah pergi ke tempat-tempat yang hebat seperti Italia, Spanyol, Prancis dan tentu tempat-tempat hebat di Indonesia seperti Bali, Karimunjawa, Jogjakarta, Jepara, Bunaken, Danau Toba dan yang pasti kau juga bertemu dengan orang-orang hebat disana. Jadi aku bisa bilang bahwa aku adalah bagian kecil dari hidupmu yang besar.

Marc, aku sungguh beruntung karena Tuhan telah memberi aku kesempatan untuk kita bertemu. Aku merasa Tuhan begitu baik karena memang aku sangat membutuhkan pertemuan ini. Saat kita bertemu beberapa waktu lalu, aku sungguh sedang butuh pelajaran. Pelajaran apa? Pelajaran tentang bagaimana aku harus menghadapai kehidupan. Dan saat aku bertemu denganmu aku berfikir bahwa inilah jawaban Tuhan atas doaku. Aku bisa belajar dari kau, dari orang hebat yang berasal dari Jerman.

Marc, sepulang aku dari Jogja, dari tempat dimana kita bertemu. Sepanjang perjalanan aku pulang aku terus menerus terngiang akan dirimu, dan dalam otakku aku terus menyimpulkan beberapa hal yang bisa aku petik sebagai pelajaran.

Marc, ingat saat pertama kali kita bertemu,saat kau menjabat tanganku, dan kau bertanya sesuatu namun aku tak mengerti. Lucu sekali ya, aku tak bisa berbahasa Inggris dengan fasih. Waktu itu kemudian kita diam dan saling diam karena kau mungkin berfikir bahwa aku tak bisa kau ajak mengobrol. Sungguh payah, sungguh bodoh.

Marc, tapi kau perlu tahu. Dari situ, dari betapa aku bodoh sekali dalam bercakap-cakap menggunakan Bahasa Inggris, aku sekarang berjanji dengan diriku sendiri bahwa jika nanti, ada kesempatan kita bertemu lagi, aku akan bisa berbicara dengan Bahasa Inggris dengan lancar. Ya, aku janji. Dan aku sangat berharap pertemuan kita beberapa waktu lalu bukan yang terakhir.

Marc, aku juga belajar dari terbukanya dirimu. Selama ini aku akui kalau aku adalah orang yang sangat tertutup, introvert begitu maksudnya. Aku pemalu dan tak bisa fleksibel dalam menghadapi situasi yang ada di depan mata. Aku jadi lebih sering bersembunyi dan mengurung diri. Tapi kau mengajarkan tentang keterbukaan. Kau sadar, saat kau bercerita tentang Nino, Marcel dan Isabella. Pertama kali kesan yang aku dapat adalah bagaimana bisa kau yang jauh dari Jerman bisa begitu akrab dengan Isabella, atau dengan Nino dan Marcel. Aku terheran. Jika tidak karena terbukanya dirimu terhadap orang disekitarnya pasti kau tak akan bisa menjadi teman mereka. Disini aku jadi iri terhadapmu, Marc.

Marc, dan kau ingat saat kau bercerita tentang 'my charity' yang aku diajak ke Ambarukmo Plaza? Saat kau bercerita di malam harinya tentang dia yang mengidap penyakit tartar. Aku pun berfikir bagaimana kau tak hanya berfikir tentang kau saja, namun kau memikirkan orang yang ada di sekitarmu. Dan saat kau bercerita tentang Frank dan Nino, duo hebat sahabatmu itu, sungguh aku iri.

Marc, yang terakhir, apa kau merasa jika pertemuan kita waktu itu sangat pendek?

Hahaha, naif lagi.

Okay, Marc. Aku ingin mengucapkan terimakasih kepadamu karena mau bertemu dan berlibur di Jogja bersamaku. Aku tunggu kau untuk kedatangan berikutnya. Okay? Dan selama perjalanan pulang hingga saat ini saat kita berpisah di Sosrowijayan, aku sudah belajar banyak darimu. Aku senang sekaligus sedih. Tapi abaikan kesedihan itu, okay. See you latter Marc.

YK 17 September 2012.

Comments

Popular Posts