Mahasiswa: Manusia dalam Persimpangan

mahasiswabanten.tumblr.com
Mahasiswa: Manusia dalam Persimpangan

  Suatu kali saya ngobrol dengan salah seorang teman saya lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang entah mengapa obrolan kami tiba-tiba kecantel di dalam urusan ruwet negeri ini: Antara Mahasiswa dan Pasar.
  
  “Jadi kesalahan yang ada justru ada pada mahasiswanya, mereka sekolah tinggi-tinggi tapi belum sadar kalau negera ini belum siap menerima lulusan perguruan tinggi. Indonesia masih negara berkembang, yang masih sangat dibutuhkan di Indonesia adalah lulusan SMK dan SMA yang masih manusiawi jika bekerja di lapangan, jadi pegawai pabrik dan sejenisnya. Apa iya para mahasiswa nanti mau bekerja sebagai pegawai pabrik jika kelak sudah lulus? Saya rasa mereka nggak mau, tapi kenyataanya Indonesia belum bisa menyiapkan lapangan kerja yang cocok untuk para lulusan perguruan tinggi yang semakin tahun semakin banyak. Yang ada, entah karena mereka malu atau gengsi, para lulusan perguruan tinggi itu banyak yang nganggur daripada jika harus bekerja di pabrik.”
  
  Waktu itu saya manggut-manggut sambil membatin: Benar juga. Kalau dipikir-pikir sih emang iya, untuk apa sekolah hingga perguruan tinggi kalau pada akhirnya pasar belum siap menerima lulusan perguruan tinggi. Kalau yang terbuka lebar masih sebatas pegawai pabrik atau sejenisnya, apa iya para lulusan perguruan tinggi mau bekerja seperti itu?
  
  Merevitalisasi Peran Mahasiswa.
  Ada hal yang perlu diluruskan jika sampai saat ini para mahasiswa masih berfikiran sempit: Kuliah --> Lulus dengan nilai baik --> Bekerja di perusahaan bonafid. Jika permikiran kita masih seperti itu berarti pemikiran mahasiswa kita masih pemikiran SMK.
  Masih ingatkah kita bahwa mahasiswa adalah Agent of Change? Jika model pemikiran kita adalah kuliah untuk mencari kerja apakah bisa disebut agent of change? Saya rasa tidak.
  Agent of Change digembar-gemborkan bukannya tanpa alasan, bukannya tanpa latar belakang. Kita tahu bahwa saat ini bangsa Indonesia masih dijajah, tapi bukan model penjajahan kolonial seperti era 1900-an, namun ke model penjajahan secara ekonomi dengan penguasaan sumber daya yang ada di Indonesia oleh bangsa asing. Dan kita sebagai orang pribumi hanya menjadi pegawainya. Kita menjadi pembantu bagi perusahaan asing yang merebut kekayaan kita sendiri. Dan anehnya kita tidak sadar! Di sinilah peran mahasiswa sebagai Agent of Change, yang menjadi pioneer perubahan agar bangsa ini tidak terus menerus dijajah. Mahasiswa dengan pemikiranya yang kritis dan kreatif diharapkan mampu mengemban tugas sebagai generasi yang membuka perubahan, yang mampu mengurus kekayaan bangsa sendiri untuk masyarakat Indoensia sendiri, bukan untuk bangsa asing. Jika tanpa kuliah, apa yang bisa kita lakukan? Jika tanpa pendalaman ilmu yang dengan belajar di perguruan tinggi dengan cara apa kita bisa merubah keadaan? Dan masihkah kita berfikir bahwa kuliah itu tidak penting?
  
  Membentuk Karakter
  Satu hal lagi yang kini saya menjadi setuju akan pentingnya kuliah adalah: Pembetukan Karakter. Di perguruan tinggilah karakter para mahasiswa dibentuk, di perguruan tinggi mahasiswa dihadapkan pada berbagai masalah yang menuntut upaya yang kreatif, efektif namun juga efisien. Di perguruan tinggi pula mereka ditinjukkan bagaimana model kehidupan nyata yang dihadapai masyaraat saat ini, dan menjadi tugas mahasiswa (lagi-lagi) sebagai Agent of Change untuk memberikan solusi kreatif. Saya rasa penanaman karakter bukan menjadi pokok tujuan dari pembelajaran setara tingkat SMA. Jadi jika tidak diperguruan tinggi, dimana lagi para pemuda bangsa ini belajar pembentukan karakter?
  
  Semoga dari sini bisa kita petik sisi positif dari adanya Mahasiswa, bahwa bendera kepemimpinan negeri ini nanti akan berada di pundak mereka. Mereka juga nanti yang akan berjuang memerdekakan bangsa ini dari penjajahan ekonomi, dan dari keringat mereka nanti kemajuan negeri ini akan dimulai.
  
  Maju terus mahasiswa Indonesia, perjalanan kita belum usai!

Comments

Popular Posts